Rabu, 18 September 2013

MANFAAT KHITAN BAGI KESEHATAN PRIA


Khitan disebut juga dengan sirkumsisi yang berarti sayatan melingkar, yang dianalogikan pada pemotongan prepusium yang melingkar terhadap batang penis. Jurnal kesehatan di Amerika menyebutkan bahwa khitan atau sirkumsisi (circumcision) adalah tindakan memotong atau menghilangkan sebagian ataupun seluruh kulit penutup depan dari penis.
Menurut ahli kesehatan, khitan memiliki manfaat bagi kesehatan karena membuang anggota tubuh yang menjadi tempat persembunyian kotoran. Beberapa penelitian medis mengungkapkan bahwa penderita penyakit kelamin lebih banyak berasal dari kalangan yang tidak di khitan. Proses ini dapat menghindari timbulnya berbagai penyakit, diantaranya adalah fimosis, parafimosis, kandidiasis, serta tumor ganas pada penis.

Para ahli kesehatan di Amerika sejak tahun 1975 menyatakan bahwa secara medis tidak ada keharusan bagi bayi laki-laki yang baru lahir untuk di khitan, kecuali bila ada indikasi seperti menderita fimosis atau jika anak berusia di bawah lima tahun menderita infeksi saluran kemih yang berulang.

Menurut penelitian, pria yang di khitan terbukti jarang tertular infeksi yang menular melalui hubungan seksual dibandingkan mereka yang belum dikhitan. Penelitian dari Selandia Baru ini mengungkapkan bahwa pria yang tidak di sunat memiliki risiko 2,66 kali terserang infeksi yang menular melalui hubungan seksual dibandingkan dengan pria yang tidak dikhitan. Berdasarkan data WHO pada tahun 2007 menyebutkan, diperkirakan 30 persen pria di seluruh dunia telah di-khitan. Khitan terbukti menurunkan risiko infeksi saluran kemih. Suatu pertemuan internasional diadakan di Swiss yang memutuskan dan merekomendasikan khitan pada pria sebagai upaya pencegahan HIV/AIDS hingga sebesar 60%. Secara medis tidak ada batasan pada umur berapa pria boleh di-khitan, karena usia khitan dipengaruhi pula oleh adat istiadat setempat. Di Arab Saudi anak dikhitan pada usia 3-7 tahun, di  Mesir antara 5-6 tahun, di India antara 5-9 tahun, dan di Iran saat umur 4 tahun. Untuk di Indonesia, suku Jawa lazimnya mengkhitan anak pada usia sekitar 15 tahun, sedangkan suku Sunda biasanya mengkhitan anak pada usia 3-5 tahun.

Indikasi khitan dibagi menjadi dua, yaitu indikasi agama dan medis. Seringkali orangtua menginginkan anaknya di sunat untuk menjalankan syariat agama. Khitan juga direkomendasikan kepada orang yang mengalami infeksi berulang pada penis yang diakibatkan oleh penumpukan kotoran, atau disebut dengan smegma. Beberapa indikasi medis untuk khitan yang paling umum adalah  fimosis dan parafimosis.  Fimosis adalah suatu keadaan ketika prepusium, atau kulit kulup penis, tidak dapat ditarik ke belakang. Keadaan ini biasanya tidak terasa nyeri namun dapat mengakibatkan  sumbatan keluarnya urin dengan penggelembungan prepusium dan dapat mengakibatkan peradangan yang kronis.

Sedangkan parafimosis adalah suatu keadaan ketika prepusium tertarik dan tertinggal dibelakang kepala penis. Prepusium ini akan menjepit dan menyebabkan pembengkakan pembuluh darah dan terasa nyeri. Selain menjalankan syariat agama, khitan juga terbukti baik untuk kesehatan selama dilakukan oleh ahli khitan atau dokter dengan peralatan yang higienis.

sumber : www.rumahsunatan.com
www.khitandewasa.com
keyword: Sunat, Khitan, Sunat Anak, Khitan Anak, Sunat Modern, Sunat Klamp, Sunat Laser

Pengaruh Sunat atau Khitan terhadap Kenikmatan Seksual


Keputusan untuk melakukan sunat mungkin masih menjadi pertimbangan bagi sebagian orang. Di negara-negara yang penduduknya mayoritas nonmuslim, keputusan untuk menyunat anak lelaki tidaklah mudah.  Para orang tua yang tidak mempunyai keyakinan kuat berdasarkan budaya atau agama, mereka mungkin akan berpaling pada hasil penelitian dan riset yang melaporkan manfaat serta dampak prosedur sunat bagi kesehatan.

Sebagian orangtua yang peduli akan masalah kesehatan seksual biasanya akan berpikir, apakah dengan menyunat atau tidak sunat dapat berdampak negatif pada kehidupan seksual anak lelaki mereka ketika dewasa nanti. Ini juga yang menjadi pertanyaan menarik bagi pria dewasa yang telah di sunat saat kanak-kanak, atau yang saat ini masih mempertimbangkan untuk disunat.

Yang jelas, pertanyaan apakah sunat akan memengaruhi kenikmatan seksual memang sulit untuk dijawab.  Di satu sisi, tidak mudah mencari kelompok untuk diperbandingkan. Dan kalau pun dapat dibandingkan, sulit untuk memisahkan mana di antara kelompok tersebut yang memilih prosedur sunat sebagai salah satu alasan untuk mendapatkan kepuasan atau kenikmatan seksual.

Di sisi lain, sulit pula untuk menjawab pertanyaan tanpa definisi yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan kenikmatan seksual. Jika kenikmatan seksual diartikan sebagai sensitivitas fisik, maka kita dapat mencari informasi dari riset atau penelitian yang mengkaji apakah sunat berpengaruh pada sensitivitas seksual dan sensitivitas fisik?  Tetapi berbagai riset hanya memberikan kita sebagian gambaran saja. Karena faktanya, sensitivitas fisik tidaklah sama dengan merasakan kepuasan atau kenikmatan seksual.

Sensitivitas fisik berkaitan dengan bagaimana tubuh (dengan gejala yang tampak dan dapat diamati) dalam merespon stimulasi eksternal.  Sedangkan kepuasan dan kenikmatan seksual berhubungan dengan cara tubuh secara subyektif dalam merasakan stimulasi. Kenikmatan seksual umumnya meliputi fisik, psikologis, emosional, dan kadang-kadang melibatkan pengalaman spiritual.

Banyak riset telah memberi wawasan,  tetapi pertanyaan tentang sunat dan kepuasan seksual belum sepenuhnya terjawab. Beberapa studi di bawah ini dapat menjadi gambaran untuk menilai seberapa besar pengaruh sunatan terhadap kepuasan seksual pada pria yang disunat dan tidak disunat :

* Sebuah penelitian yang melibatkan ribuan pria di Uganda menunjukkan, mereka yang di sunat ketika dewasa mengaku bahwa sunat tidak mempengaruhi kepuasan seksual atau menyebabkkan sakit selama atau setelah melakukan hubungan seksual.
  
* Sebuah sampel nasional probabilitas di Amerika Serikat yang menguji efek sunat dan seks menemukan, pria yang di sunat mempunyai risiko lebih rendah untuk mengalami disfungsi seksual ketimbang mereka yang tidak disunat.

* Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh sebuah organisasi anti-sunat, (metode untuk perekrutan relawan tidak dijelaskan) mengindikasikan, sebanyak 61% pria yang di sunat saat bayi dilaporkan mengalami penurunan sensasi seks seiring bertambahnya usia mereka.

* Survei yang dilakukan sebuah organisasi antisunat melibatkan 139 perempuan menemukan, kelompok wanita yang menyukai pria sunat mengaku bahwa pasangan yang belum disunat lebih cenderung mengalami ejakulasi dini. Tetapi ketika semua pendapat perempuan diperhitungkan, data menunjukkan bahwa laki-laki yang disunat lebih cenderung ejakulasi dini.
  
* Dalam studi lain, peneliti meminta tanggapan relawan wanita mengenai pasangan pria mereka. Temuan menunjukkan 71% wanita lebih menyukai pasangan yang disunat ketimbang pria yang tidak disunat ketika harus terlibat dalam kegiatan seksual.

* Sebuah riset di Denmark menunjukkan, perempuan dengan pasangan yang telah disunat mengaku seringkali merasa tak puas secara seksual. Sementara dalam riset lainnya di Meksiko, sunat tampaknya tidak memberikan pengaruh dalam hal kepuasan seksual bagi pasangan.
  
* Dua artikel penelitian yang dipublikasikan pada edisi yang sama dalam The Journal of Urology mengukur tingkat kepuasan pria dewasa sebelum dan setelah sunat. Satu studi tidak menemukan penurunan tingkat kepuasan seksual ketika mereka disunat. Namun penelitian lain melaporkan penurunan yang signifikan dalam kepuasan ketika ereksi setelah disunat.

Jadi, apakah sunat akan membuat seks Anda lebih baik, lebih buruk, atau sama saja? Semua tentu tergantung dari Anda dan pasangan. Tetapi yang pasti, ada banyak faktor lain yang menentukan kepuasan seksual. Tingkat kepuasan seksual tidak sepenuhnya ditentukan oleh apakah pria telah disunat atau tidak.

Tak pengaruhi fungsi seksual pria


Dalam sebuah arsip konsultasi, Guru Besar dan Kepala Bagian Andrologi dan Seksologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, SpAnd, FAACS menjelaskan pengaruh tindakan sunat terhadap hubungan seksual. Pada dasarnya, kata Wimpie, sunat tidak akan memengaruhi fungsi seksual seorang pria.

"Tidak ada hal ilmiah yang menunjukkan bahwa sunat atau tidak sunat berpengaruh terhadap fungsi seksual. Jadi, tidak sunat pun tidak berpengaruh terhadap hubungan seksual," ungkap Wimpie. Pada tindakan khitan, kata Wimpie, yang dipotong adalah kulit penutup bagian kepala penis (preputium). Setelah dipotong, area itu kemudian akan dijahit kembali.

Dari sudut kesehatan, kata Wimpie, hal yang harus diperhatikan mengenai preputium, yaitu apakah preputium dapat dibuka atau ditarik ke belakang atau tidak. Kalau preputium dapat ditarik ke belakang sehingga bagian kepala penis kelihatan, keadaan ini dianggap sehat karena bagian kepala penis dan bagian dalam preputium dapat dibersihkan.

Namun sebaliknya, kalau preputium tidak dapat dibuka atau ditarik ke belakang, berarti bagian dalamnya dan bagian kepala penis tidak dapat dibersihkan. Dalam keadaan demikian, akan terjadi penumpukan bahan yang dikeluarkan oleh kelenjar, yang disebut smegma. Akibatnya, mudah terjadi infeksi. Dalam waktu lama, hal tersebut dapat menimbulkan kanker penis.

"Oleh karena itu,  dalam keadaan demikian sunat harus dilakukan," ujarnya.

sumber : www.rumahsunatan.com
www.khitandewasa.com

Sunat/Khitan Pada Pria Dewasa




Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia tentunya tidak merasa asing lagi dengan istilah sunat atau yang disebut juga dengan khitan. Dalam Islam khitan atau dalam istilah medisnya disebut dengan circumcision diwajibkan bagi setiap laki-laki (Muslim) dan disukai bagi wanita (Muslimah) karena lebih sehat dan bersih. Defenisi Sunat/Khitan pada laki-laki merupakan memotong kulit yang paling ujung dari kemaluan laki-laki atau yang disebut juga dengan kulup. Umumnya, sunat dilakukan ketika masih anak-anak bahkan sebagian orang tua mengkhitankan putranya ketika masih bayi. Lalu ada pertanyaan besar muncul, lantas bagaimana jika seorang laki-laki belum melakukan sunat hingga dewasa, mungkinkah dilakukan? Jawabannya tentu saja bisa selama tidak ada hal-hal yang membahayakan keselamatan seperti memiliki riwayat hemofilia.

Pada dasarnya cara sunat untuk pria dewasa sama seperti sunat pada anak-anak, namun ada beberapa perlakuan yang sedikit berbeda pada sunat dewasa. Sunat pada pria dewasa sebaiknya dilakukan oleh dokter bedah supaya lebih aman dan steril karena khitan termasuk operasi kecil yang memungkinkan terjadinya infeksi. Selain itu karena pembuluh darah pada kemaluan sudah besar maka dikhawatirkan terjadi pendarahan, sehingga akan lebih baik bila ditangani oleh dokter yang berpengalaman menangani atau melakukan khitan pada pasien pria dewasa. Saat ini ada beberapa cara khitan yang bisa dipilih oleh pasien sunat, diantaranya adalah cara sunat tradisional (konvensional), sunat laser (electric cauter), dan sunatklamp. Namun cara yang lebih dianjurkan pada pasien sunat dewasa adalah menggunakan metode electric cauter karena pada metode ini pembuluh darah akan tertutup sehingga meminimalisir pendarahan.

Pada sunat dewasa, sebelum proses sunat dilakukan pasien sunat harus dipastikan tidak menderita hemofilia atau pun hipospadia yaitu lubang kencing berada dibagian bawah penis. Juga perlu dilakukan tes pembekuan darah dilaboratorium untuk mengetahui tingkat kecepatan pembekuan darah dan lama masa pendarahan. Mencukur bulu kemaluan juga diperlukan untuk menghindari terjadinya infeksi. Setelah selesai disunat, pasien sunat hendaknya tidak memakai celana yang langsung bersentuhan dengan kemaluan karena akan terasa sakit. Masa pemulihan sunat dewasa memang relatif lebih lama karena luka lebih besar. Namun ada cara tradisional untuk membantu mempercepat pemulihannya, yaitu dengan menggunakan daun sirih. Sebelumnya daun sirih dilemaskan dulu dengan cara mengukus atau merebusnya sebentar, setelah dingin baru dibalutkan pada luka bekas sunat. Selain mengandung minyak atsiri, daun sirih juga berfungsi sebagai antiseptik alami.